Jumat, 16 Maret 2012

Ilmu dan Iman

Hampir 15 abad yang lalu dunia dalam keadaan Jahiliyah. Disebelah barat ada Negara Romawi yang sudah memiliki agam Katolik dengan kitab sucinya Bible, mereka sudah memiliki peradaban dan sistem pendidikan yang sangat maju, akan tetapi ada kejahiliyahan yang sangat dholim yaitu sistem Perbudakan. Manusia yang dianggap budak maka dipastikan tidak mendapatkan pengakuan bahkan hak yang sama dengan manusia yang lain. Bahkan seorang kaisar yang bernama Nero, dengan bangga membakar hidup-hidup kurang lebih 600 budak dan ditancapkan dikanan-kiri jalan. Salah satu acara yang amat digemari oleh para pembesar Romawi adalah Gladiator. Dua budak di adu, jika salah satu nya sudah ada yang terpenggal maka seluruh penonton bersorak puas, layaknya kita jika menonton sepak bola dan tim yang kita dukung menyarangkan golnya ke gawang lawan. Inilah yang dinamankan Jahiliyah, walaupun mereka punya Agama, punya Syariah, tapi dari aspek kemanusian, mereka nol besar.

Di sebelah timur ada Negara Persia, Negara yang sudah maju dibangun oleh Maharaja Raja yang bernama Khoras, agamanya Zoroaster/Majusi sudah memiliki hukum, akan tetapi hukum hanya untuk orang kecil. Jika orang kecil bersalah maka dia dihukum, tapi jika penguasa yang bersalah, hukum tak dijalankan. Walaupun punya Agama, Ilmu Pengetahuan, Syariah, ini juga kejahiliyahan.

Dibarat ada bangasa Romawi di timur ada bangsa Persia, dan ditengah-tengah ada bangsa Arab. Pada waktu itu bangsa Arab sempurna Jahiliyahnya, Agama, Kitab Suci, bahkan Ilmu Pengetahuan semuanya tidak mereka miliki. Hidup dengan corak kesukuan, sehingga kalau punya anak perempuan dibunuh hidup-hidup karena dianggap tidak mampu mengangkat derajat kesukuannya. Apalagi dengan kebiasaaan mereka jika bapaknya mati maka ibunya diambil anaknya. Dengan jumlah 360 berhala yang berada di sekitar Ka’bah. Didominasi oleh masyarakat yang buta huruf tidak bisa baca dan tulis, mereka hanya mengandalkan hafalan. Orang yang dihormati oleh masyarakat jahiliyah pada waktu itu ada tiga macam; Pertama, para penyair, Kedua, kalangan dukun, Ketiga, para penyihir.

Disaat kehancuran moral dan kejahiliyahn inilah, lahir seorang Muhammad saw, yang semenjak dirahim ketika berumur 2 bulan ditinggal wafat oleh ayahnya Sayyid Abdulloh, Muhammad terlahir yatim, disaat berusia 6 tahun Ibunya Sayyidatina Aminah wafat. Kemudian ketiak nabi beusia 8 tahun kakeknya juga wafat. Mengapa hal seperti ini selalu terjadi mengiringi ruang hidup Nabi Muhammad? Hikmah yang tersembunyi adalah, agar Nabi Muhammad dipelihara oleh Allah swt.

أدب لربي فأحسن التأديب

Yang mendidik dan membentuk karakter serta akhlak Nabi Muhammad saw, adalah Allah swt. Sehingga pantaslah Muhammad saw, menjadi makhluk yang paling sempurna diantara mahkluk yang lain.

Ditengah-tengah masyarakat yang buta huruf Nabi Muhammad membacakan firman Allah swt;

وليعلم الذين اوتوا العلم أنه الحق من ربك فيؤمنوا به فتخبت له قلوبهم ان الله لأتوا الذين أمنوا الى صراط مسثقيم

Ayat ini di artikan; “Hanya orang yang berilmu yang bisa benar” hanya analisis ilmiah yang bisa kita akui itu merupakan kebenaran. Kebenaran yang tidak didasari ilmu adalah kebenaran semu yang tidak bisa diandalkan. Contoh, kata embah saya kalau akan menanam kelapa, bibitnya di bawa anak-anak kecil saja, agar buahnya banyak, silahkan anda lakukan, namun jika konsep seperti ini dikatakan oleh Menteri pertanian tentu tak pantas. Kata2 inilah yang dikatakan seribu empat ratus tahun yang lalu oleh nabi kita ditengah kejahiliyahan bangsa Arab.

Ayat ini menunjukkan ummat Islam harus menjadi umat yang rasional, cerdas dan intelektual supaya ummat Islam diakui kebenarannya oleh kelompok lain dengan kebenaran yang ilmiah. Ayat ini harus dijalankan, supaya terhindar dari kejahiliyahan. Dulu ummat Islam menjadi berprestasi karena mengamalkan ayat ini. Kalau kita mengamalkan ayat ini maka, kita akan menjadi umat yang berprestasi dihargai, diakui eksistensinya dan disegani oleh ummat yang lain.

Contoh ada seorang Gubernur didaerah Afghanistan di Asia Tengah namanya Abdurrohman Al-Mahdiy, mengirim surat kepada Imam Muhammad Bin Idris Bin Syafi’ Asyafi’ lahir tahun 150 wafat tahun 204 umur 54 tahun Surat itu berisi “Imam, saya ingin paham Islam dengan benar”. Akhirnya Imam Syafi’i menyuruh muridnya Robi’ Bin Sulaiman, untuk menulis Arrisalah yang akhirnya terkumpul 300 halaman, Kitab Arrisalah inilah merupakan asal usul ilmu Usuhul Fiqh.

Sebagian kitab ini menjelaskan tentang Al-Bayan. Bayan ada tiga macam, Pertama; kalau ingin faham tentang Islam, maka fahami dulu Bayan Ilahi yaitu Al-Qur’an, yang didalamnya berisi tentang ayat-ayat muhakkamah, mutasyabihat, hakikat, majaz, ‘aam, mukhossos, muqoyyad, muthlaq, mufasshol. Yang Kedua Bayan Nabawi; muatwatir, masyhur, ‘aziz, ahad. Masih terbagi manjadi empat klasifikasi Pertama, kalau redaksinya amarona rosululloh nahana kadza. Kedua, kunna ma’a rosulillah naf’alu kadza, Ketiga, roaitu kadza, Keempat, ‘an rosulillah qola. Jika didalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ada, maka yang ketiga pakai Bayan ‘Aqli, jika semua ulama berkumpul lalu memutuskan sebuah hukum maka itu dinamakan Ijma’. Tapi kalau tidak dengan bermusyawarah namanya Qiyas. Setelah muncul Ijma’ dan Qiyas maka hasil ilmu Fiqh. Semua terkonsep dan bisa dipraktekkan dalam kajian fiqh. Sebab tidak semua hukum secara terperinci ada dalam Al-Qur’an dan Hadist. Jika dikatakan fiqh adalah bid’ah maka pakai bid’ah ini maka kita akan tahu bagaimana seharusnya shalat dengan benar.

Dulu tulisan Al-Qur’an masih belum ada titik dan harokat, Imam Abu Aswad Al-Dua’i membuat titik, Imam Kholil Bin Ahmad Al-Farohidi pemberi harokat, Imam Abu Ubaid al-Qosim Bin Salam, membuat Ilmu Tajwid. Nah dari sini muncul Idghom Ghunnah dll. Mustholahul Hadist yang membuat Imam Syihabuddin Romahulmusi dimasa Kholifah Umar Bin Abdul Aziz. Orang pertama yang membahas Munasabah dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah Abu Bakar An Naisaburi (wafat 324 H). Penulis yang membahas dengan baik masalah munasabah adalah Burhanuddin Al-Biqa’i dalam kitabnya Nazhmud Durar fi Tanasubil Ayati was Suwar.