Senin, 07 Mei 2012

Al-Qur’an dan Muhammad Saw



Saya pikir tidak ada seorang pun yang menolak kalau berbicara tentang sosok yang sesuai dengan kehidupan kita adalah baginda nabi besar muhammad saw. Kenapa saya katakan demikian karena beliau merupakan manusia yang paling sempurna. Bahkan, kesempurnaan beliau melebihi Nabi dan Rasul Allah Swt yang sedemikian banyaknya. Kesempurnaan Nabi Muhammad semakin tinggi dengan Mu’jizat yang Allah berikan yaitu Al-Qur’an.
Sebuah kitab yang merupakan wahyu Allah Swt kepada Nabi Muhammad untuk menjawab seluruh tantangan manusia yang memiliki ideologi serta prilaku yang keluar dari ridho Allah Swt. Al-Qur’an hanya 30 juz dengan jumlah surat 114 dan kosakata yang berjumlah 77.439 sedangkan jumlah hurufnya mencapai 323.015 huruf, mampu menandingi bahkan mengalahkan ideologi manusia yang lahir  sejak Al-Qur’an diturunkan hingga saat ini, dimana manusia telah tumbuh dengan dukungan teknologi super canggih.
Dengan adanya tekhnologi yang super  canggih manusia mampu membuktikan kebenaran Al-Qur’an yang muncul pada 1400 tahun lalu, tentang berbagai macam kejadian alam yang pada waktu itu Nabi Muhammad dikatakan tidak lebih hanya sebagai seorang penyair, dukun bahkan ahli sihir.
Di abad ke 20 inilah, banyak orang-orang yang bertanya “dari siapa Muhammad mengetahui kejadian seperti ini padahal dulu belum ada sebuah teori atau bahkan ilmu tentang kejadian alam?
Al-Qur’an telah membuktikan tentang bagaimana Allah Swt menciptakan manusia yang dilahirkan dari rahim seorang ibu dalam kurun waktu 9 bulan dengan 5 tahap pembentukan janin:
1.      Nuthfah (stetes sprema)
2.      ‘Alaqah (segumpal darah yang melekat pada dinding uterus)
3.      Mudgah (segumpal daging yang belum bertulang)
4.      Tulang dan
5.      Daging
Masih banyak lagi tentang pembuktian Al-Qur’an yang tidak bias saya ungkap. Allahu akbar maha benar Allah Swt dengan segala firman-Nya.
Allah Swt menciptakan kemudian mengutus Nabi Muhammad untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bukan merupakan suatu kebetulan. Tetapi Allah Swt telah menciptakan Ruh Nabi Muhammad jauh sebelum menciptakan Nabi Adam, bahkan Nur Muhammad telah ada sebelum Allah menciptakan Surga, Neraka dan makhluk Allah yang lain, untuk mengakhiri sebuah kisah kehidupan manusia di alam fana.
Muhammad adalah nabi terakhir tiada nabi setelah nabi Muhammad. Syari’at yang dibawa beliau semula memang terasa aneh maka jika telah mendekati hari kiamat juga akan terasa aneh. Keanehan-keanehan inilah yang nantinya menjadi salah satu cirri-ciri munculnya kiamat.  
Muhammad saw bukan hanya sebagai seorang nabi, beliau juga seorang pemimpin, panglima perang, kepala keluarga, dan saudagar telah banyak memberikan kita contoh bagaimana hidup yang rohmatan lil ‘alamin. Ini merupakan kebijkasanaan Allah Swt yang sungguh luar biasa.
Muhammad adalah manusia biasa yang juga memiliki sifat-sifat yang dimiliki manusia yang lain. Andai saja allah Swt mengutus malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu untuk menjadi contoh bagi manusi. Niscaya manusia sperti kita tidak akan mampu mengikuti tuntunan allah. Akhirnya kita akan menjadi penghuni neraka.
Dalam mengajarkan ke imanan, Muhammad memberikan penjelasan yang bersifat ghaib. Karena iman itu tidak bias dideteksi meskipun dengan alat secanggih apapun. Karena iman ada dalam hati dan sejatinya hati menurut Imam Ghazali adalah ruh.
Coba anda renungkan bagaiman proses perjalanan beliau dari Makkah dengan mengendarai Buraq ke-Madinah yang dikenal dengan -peristiwa Isra’ Mi’raj- lalu naik ke-Sidratul Muntaha bertemu dengan para Nabi dan Rasul, melihat bagaimana kenikmatan orang-orang didalam Surga dan menyaksikan siksaan manusia yang penuh dengan kemaksiatan didalam Neraka, kemudian muncullah perintah shalat 5 waktu yang diberikan kepada kita semuanya hanya dalam rentan waktu 4 jam, bahkan tempat duduk Beliau masih terasa hangat tentu ini adalah Ghaib. Sehingga percaya pada hal-hal yang ghaib merupakan ciri orang yang beriman.
Muhammad –dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan- memerintahkan ummatnya untuk menjadi ilmiyah dengan falsafah beliau yang juga wahyu pertama yaitu Iqra’.
Mengapa Iqra’ merupakan perintah pertama yang ditujukan kepada nabi, padahal beliau seorang yang ummi (yang tidak pandai membaca dan menulis)? Mengapa demikian?
Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun” sehingga tidak selalu harus diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara tertentu”, Dari “menghimpun” lahi r aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis atau tidak.  
Dari sinilah muncul penamaan al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna”. Karena tiada bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al-qur’anul karim, bacaan sempuran lagi mulia.
Tiada bacaan semacam al-qur’an yang dibaca ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan kasaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.
Maka saya menyebut guru dari Nabi Muhammad Saw adalah Al-Qu’anul Karim. Semoga tulisan ini dapat memotivasi kita untuk lebih mencintai dan mengamalkan Al-Qu’anul Karim.