Saya pikir
tidak ada seorang pun yang menolak kalau berbicara tentang sosok yang sesuai
dengan kehidupan kita adalah baginda nabi besar muhammad saw. Kenapa saya
katakan demikian karena beliau merupakan manusia yang paling sempurna. Bahkan,
kesempurnaan beliau melebihi Nabi dan Rasul Allah Swt yang sedemikian
banyaknya. Kesempurnaan Nabi Muhammad semakin tinggi dengan Mu’jizat yang Allah
berikan yaitu Al-Qur’an.
Sebuah kitab
yang merupakan wahyu Allah Swt kepada Nabi Muhammad untuk menjawab seluruh
tantangan manusia yang memiliki ideologi serta prilaku yang keluar dari ridho Allah
Swt. Al-Qur’an hanya 30 juz dengan jumlah surat 114 dan kosakata yang berjumlah
77.439 sedangkan jumlah hurufnya mencapai 323.015 huruf, mampu menandingi
bahkan mengalahkan ideologi manusia yang lahir
sejak Al-Qur’an diturunkan hingga saat ini, dimana manusia telah tumbuh
dengan dukungan teknologi super canggih.
Dengan adanya
tekhnologi yang super canggih manusia
mampu membuktikan kebenaran Al-Qur’an yang muncul pada 1400 tahun lalu, tentang
berbagai macam kejadian alam yang pada waktu itu Nabi Muhammad dikatakan tidak
lebih hanya sebagai seorang penyair, dukun bahkan ahli sihir.
Di abad ke 20
inilah, banyak orang-orang yang bertanya “dari siapa Muhammad mengetahui
kejadian seperti ini padahal dulu belum ada sebuah teori atau bahkan ilmu
tentang kejadian alam?
Al-Qur’an telah membuktikan tentang bagaimana Allah Swt menciptakan
manusia yang dilahirkan dari rahim seorang ibu dalam kurun waktu 9 bulan dengan
5 tahap pembentukan janin:
1.
Nuthfah (stetes sprema)
2.
‘Alaqah
(segumpal darah yang melekat pada dinding uterus)
3.
Mudgah
(segumpal daging yang belum bertulang)
4.
Tulang
dan
5.
Daging
Masih banyak lagi tentang pembuktian Al-Qur’an yang tidak bias saya
ungkap. Allahu akbar maha benar Allah Swt dengan segala firman-Nya.
Allah Swt
menciptakan kemudian mengutus Nabi Muhammad untuk menjadi rahmat bagi alam
semesta bukan merupakan suatu kebetulan. Tetapi Allah Swt telah menciptakan Ruh
Nabi Muhammad jauh sebelum menciptakan Nabi Adam, bahkan Nur Muhammad telah ada
sebelum Allah menciptakan Surga, Neraka dan makhluk Allah yang lain, untuk
mengakhiri sebuah kisah kehidupan manusia di alam fana.
Muhammad adalah
nabi terakhir tiada nabi setelah nabi Muhammad. Syari’at yang dibawa beliau
semula memang terasa aneh maka jika telah mendekati hari kiamat juga akan
terasa aneh. Keanehan-keanehan inilah yang nantinya menjadi salah satu
cirri-ciri munculnya kiamat.
Muhammad saw
bukan hanya sebagai seorang nabi, beliau juga seorang pemimpin, panglima
perang, kepala keluarga, dan saudagar telah banyak memberikan kita contoh
bagaimana hidup yang rohmatan lil ‘alamin. Ini merupakan kebijkasanaan Allah
Swt yang sungguh luar biasa.
Muhammad adalah
manusia biasa yang juga memiliki sifat-sifat yang dimiliki manusia yang lain.
Andai saja allah Swt mengutus malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu untuk
menjadi contoh bagi manusi. Niscaya manusia sperti kita tidak akan mampu
mengikuti tuntunan allah. Akhirnya kita akan menjadi penghuni neraka.
Dalam
mengajarkan ke imanan, Muhammad memberikan penjelasan yang bersifat ghaib.
Karena iman itu tidak bias dideteksi meskipun dengan alat secanggih apapun.
Karena iman ada dalam hati dan sejatinya hati menurut Imam Ghazali adalah ruh.
Coba anda
renungkan bagaiman proses perjalanan beliau dari Makkah dengan mengendarai Buraq
ke-Madinah yang dikenal dengan -peristiwa Isra’ Mi’raj- lalu naik ke-Sidratul
Muntaha bertemu dengan para Nabi dan Rasul, melihat bagaimana kenikmatan
orang-orang didalam Surga dan menyaksikan siksaan manusia yang penuh dengan
kemaksiatan didalam Neraka, kemudian muncullah perintah shalat 5 waktu
yang diberikan kepada kita semuanya hanya dalam rentan waktu 4 jam, bahkan
tempat duduk Beliau masih terasa hangat tentu ini adalah Ghaib. Sehingga
percaya pada hal-hal yang ghaib merupakan ciri orang yang beriman.
Muhammad –dalam
hubungannya dengan ilmu pengetahuan- memerintahkan ummatnya untuk menjadi
ilmiyah dengan falsafah beliau yang juga wahyu pertama yaitu Iqra’.
Mengapa Iqra’
merupakan perintah pertama yang ditujukan kepada nabi, padahal beliau seorang
yang ummi (yang tidak pandai membaca dan menulis)? Mengapa demikian?
Iqra’ terambil
dari akar kata yang berarti “menghimpun” sehingga tidak selalu harus
diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara tertentu”, Dari “menghimpun”
lahi r aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui
ciri sesuatu, dan membaca, baik teks tertulis atau tidak.
Dari sinilah
muncul penamaan al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna”. Karena
tiada bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu
yang dapat menandingi al-qur’anul karim, bacaan sempuran lagi mulia.
Tiada bacaan
semacam al-qur’an yang dibaca ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya
dan atau tidak dapat menulis dengan kasaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf
oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.
Maka saya
menyebut guru dari Nabi Muhammad Saw adalah Al-Qu’anul Karim. Semoga tulisan
ini dapat memotivasi kita untuk lebih mencintai dan mengamalkan Al-Qu’anul
Karim.